“ODHA harus dilibatkan dalam menanggulangi penyakit AIDS, mustahil bisa melakukan pelayanan dan pencegahan Aids tampa melibatkan orang yang mengalaminya secara langsung.”
- Pria Tanpa Topeng -
Lelaki itu tampil menggunakan kemeja putih, di dada kirinya tersemat red ribbon, pita warna merah yang berbentuk huruf v terbalik. Dia berjalan menuju panggung bersama seorang pria yang juga berpakaian putih, serta Dewi Muetia, istri wakil gubernur Aceh Muhammad Nazar.
Dalam skenario yang disusun panitia Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2008 yang dilangsungkan di Taman Sari, Banda Aceh Jumat malam (23/05) itu, dua lelaki berpakaian putih itu direncanakan tampil menggunakan topeng. “Saya ingin melihat stigma masyarakat Aceh terhadap ODHA/OHIDHA secara langsung,” tandas itu.
ODHA/OHIDHA adalah sebutan untuk orang yang terjangkit HIV (Human Immunodeficiency Virus), virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi penyakit tertentu (sindrom). Sementara AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan definisi klinis bagi orang yang terinfeksi HIV.
Di malam perenungan itu lelaki berpakaian putih itu bercerita tentang perjalanan hidupnya sebagai ODHA. Pemuda itu baru sadar dirinya terjangkit HIV dan AIDS pada tahun 2001. Selain itu, gambaran-gambaran mengenai penyakit HIV dan AIDS turut dipaparkan. “HIV terdapat di darah seseorang yang terinfeksi (termasuk darah haid), air susu ibu, air mani dan cairan vagina,” jelasnya.
Di Aceh ada tiga rumah sakit yang mampu melayani pemeriksaan terhadap infeksi penyakit HIV dan AIDS, Yaitu Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda, Bahyangkari Polda Aceh dan Rumah Sakit Umum Zainol Abidin (RSUZA). Lelaki itu mengharapkan masyarakat tidak takut untuk memeriksa, “Dengan cepat kita tahu, semakin besar peluang untuk selamat,” lanjutnya.
Lelaki tanpa topeng itu menyayangkan stigma masyarakat terhadap ODHA. “Setiap orang punya masa lalu masing-masing, seharusnya kita tidak memvonis seseorang dengan masa lalunya,” ujar pria itu disambut tepuk tangan dari penonton. “Saya telah open status di panggung ini, tapi masih banyak kawan-kawan saya di daerah yang ngumpet di rumah,” ungkapnya.
Ia mengharapkan peran ulama dan pemerintah menyikapi keberadaan ODHA dalam menanggulangi penyakit AIDS di Aceh. “ODHA harus dilibatkan dalam menanggulangi penyakit AIDS, mustahil bisa melakukan pelayanan dan pencegahan Aids tampa melibatkan orang yang mengalaminya secara langsung.”
Malam renungan AIDS Nusantara (MRAN) secara serentak dilaksanakan pada Mei minggu ke tiga, baik ditingkat nasional maupun internasional. Kegiatan itu untuk mengenang orang yang telah meninggal karena AIDS dan juga sebagai bentuk dukungan bagi orang yang hidup dengan HIV-AIDS. Pita merah dilambangkan sebagai bentuk kepedulian pada HIV dan AIDS secara mengglobal.
Lelaki itu telah menyematkan pita merah di sisi sakunya dan mencabut topeng melawan stigma. Di pelosok-pelosok nun jauh, terdapat puluhan ODHA lain yang masih bersembunyi dan akhirnya menghilang di kehidupan.