Di pagi yang dihiasi kicau kuntari* itu
Di atas dipan tempat sering kau meratap
Khayal-khayal mu membumbung mengajak mentari menyapa
SELAMAT PAGI
Dan matahari menyelinap dari celah daun kuning yang mau gugur
Hatimu berdegup pada setiap teks dari koran pagi yang mengabarkan hikayat
Tentang penyakit yang menggrogoti warga
Kau tertawa, berdehem dan tentu sinis
Mulutmu komat-komit
Berbicara sendiri dengan nasib sebagai pengkritik sial
Bertanya “Apa mereka menuruti titahmu?”
Walau ku tahu, sebatas mau mendengar kau telah bangga
Lama kopi pekat itu kau biar dingin
Mungkin pahit lebih bisa kau rasa
Seperti aku, yang menyuguhmu kopi Ulee Kareng dari warung Abu Suman
Tempat warga sering membincangkan berita
Tentang hikayat
Dari sisa remuk redam petaka dunia.