Rabu, 09 April 2008

Kopi untuk Reza

Kopi pekat di cangkir memantulkan satu sinis

Di pagi yang dihiasi kicau kuntari* itu

Di atas dipan tempat sering kau meratap

Khayal-khayal mu membumbung mengajak mentari menyapa

SELAMAT PAGI KOTA TUA !

Dan matahari menyelinap dari celah daun kuning yang mau gugur

Hatimu berdegup pada setiap teks dari koran pagi yang mengabarkan hikayat kota

Tentang penyakit yang menggrogoti warga

Kau tertawa, berdehem dan tentu sinis

Mulutmu komat-komit

Berbicara sendiri dengan nasib sebagai pengkritik sial

Bertanya “Apa mereka menuruti titahmu?”

Walau ku tahu, sebatas mau mendengar kau telah bangga

Lama kopi pekat itu kau biar dingin

Mungkin pahit lebih bisa kau rasa

Seperti aku, yang menyuguhmu kopi Ulee Kareng dari warung Abu Suman

Tempat warga sering membincangkan berita

Tentang hikayat kota

Dari sisa remuk redam petaka dunia.